Terkadang Menjadi Abu-abu Justru Lebih Baik
Di dunia ini, selalu ada dua hal yang berbeda, dua hal yang bertolak
belakang dan dua hal yang selalu bertentangan. Ada air ada api, ada hitam ada
juga putih, dan lain sebagainya. Semua itu ada hanya untuk dijadikan sebagai
pembeda tentang suatu hal, tentang baik atau buruk, benar atau salah, dan lain
sebagainya. Manusia pasti akan berada di dua posisi yang berbeda selama
hidupnya. Apakah pada hal ini berada di posisi air atau api, hitam atau putih. Dengan
hal ini, manusia hanya bisa dinilai dengan dua hal, benar atau salah. Hanya itu
saja, dan tidak bisa dibantahkan. Sejatinya manusia selalu memiliki pilihan di
dalam hidupnya, pilihan untuk memilih sisi yang baik atau yang buruk. Keputusan
masing-masing yang akan menjadi pembeda hidup satu sama lain.
Di antara hitam dan putih, ada sebuah sisi dimana terkadang sisi itu
jauh lebih baik, dia adalah sisi abu-abu. Terkadang menjadi abu-abu justru
lebih baik, meskipun abu-abu sering didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak
ada kepastian, zona penuh keraguan, hal-hal yang menggantung dan lain sebagainya.
Tapi pada beberapa kasus, menjadi abu-abu justru lebih baik. Karena menjadi
abu-abu, kamu bisa memilih yang mana hitam dan yang mana putih, yang mana benar
dan yang mana salah. Hidup tidak pernah mudah, terkadang hidup menciptakan
pilihan yang sulit, tetapi hidup harus diisi dengan keseimbangan. Keseimbangan
hidup itu bisa disebut sebagai abu-abu, sebuah warna yang seimbang antara hitam
dan putih, warna yang tidak berada di kegelapan ataupun diterangnya cahaya.
Abu-abu menjadi penyeimbang antara hitam dan putih.
Jika hitam adalah salah dan putih adalah benar, maka sesungguhnya
abu-abu berada di tengah-tengahnya. Bisa jadi abu-abu adalah posisi tidak salah
dan tidak benar atau posisi yang salah dan benar, setidaknya menjadi abu-abu
selalu memiliki dua hal itu. Dengan menjadi abu-abu, kamu selalu mempunyai
kekuatan untuk bertahan, meskipun kamu memiliki kelemahan di dalamnya. Bukankah
itu yang dinamakan keseimbangan hidup? Terkadang menjadi abu-abu justru lebih
baik, jika kamu belum sepenuhnya bisa menjadi putih. Terlebih lagi jika kamu
belum yakin, diantara hitam dan putih, yang mana yang sesungguhnya baik. Karena
tidak selamanya putih adalah baik dan hitam adalah buruk. Penilaian seseorang
tidak akan jauh lebih baik dari penilaian Tuhan, bukankah begitu? Sedangkan kamu
sendiri bukan Tuhan.
Abu-abu tidak selamanya identik dengan keraguan, karena pada saat
tertentu menjadi abu-abu adalah keputusan yang penuh kepastian. Saat kamu tidak
bisa memilih antara hitam dan putih, dan ada pilihan untuk menjadi abu-abu,
mungkin dengan keyakinan yang tinggi kamu akan memilih abu-abu. Abu-abu adalah
titik seimbang, jika kamu menyadari, sesungguhnya manusia penuh dengan warna
abu-abu. Di dalam diri manusia ada hal baik yang dimiliki dan ada juga hal
buruk yang tidak bisa diingkari, itu berarti tidak ada satu manusia pun yang
benar-benar putih dan benar-benar hitam, kecuali atas izin Tuhan untuk
memberikan keistimewaan pada seseorang. Manusia juga memiliki kelemahan dan
juga memiliki kekurangan, bukankah itu dua sisi yang berbeda?
Manusia memang selalu memiliki pilihan di dalam hidupnya, tetapi manusia
juga memiliki hak untuk tidak memilih. Entah kenapa manusia memiliki hidup yang
sebenarnya penuh ketidakpastian, jika kamu hidup di Negara Demokrasi, kamu
pasti akan memahaminya. Dimana peraturan terkesan lebih lebih mudah
diperdebatkan, dan terkadang ada sebuah perdebatan dengan menggunakan dua
peraturan yang berbeda. Bukankah ini juga dua sisi yang berbeda di satu titik
yang sama? Saat ada hal yang mengatur untuk tidak melakukan suatu hal, tapi ada
juga peraturan yang menguatkan untuk melakukan tindakan tersebut. Oleh sebab
itu terkadang menjadi abu-abu justru lebih baik. Karena dengan menjadi abu-abu,
kamu bisa menilai sesuatu dengan objektif, tidak dari sisi hitam ataupun sisi
putih. Kamu bisa berpikir jernih tanpa ambisi mempertahankan diri. Karena
sungguh, saat seseorang berada dalam posisi mempertahankan diri, dia akan
melakukan segala cara untuk bisa bertahan. Saat sudah terdesak, manusia
seolah-olah selalu muncul kekuatan baru, tekad baru dan keyakinan baru. Hal ini
terkadang juga berlawanan dengan kebenaran. Begitu juga saat seseorang berada
dalam posisi yang menyerang, dia akan selalu menemukan cara baru untuk menaklukkan
lawannya. Sedangkan jika kamu ada di posisi abu-abu, kamu tidak akan pernah
merasa terdesak ataupun mendesak. Bukankah pada momen tertentu itu adalah yang
terbaik.
Meskipun banyak orang yang mengidentikkan abu-abu sebagai sesuatu yang
tidak ada ketegasan, tetapi terkadang menjadi abu-abu justru lebih baik. Kamu
harus ingat, pada momen tertentu kamu juga harus memiliki ketegasan kemana
harus melangkah, apakah belok kanan, belok kiri atau lurus. Apakah sampai
disini identifikasi abu-abu masih sebagai sesuatu yang tidak tegas? Abu-abu
memang tidak berada di posisi hitam ataupun putih, tetapi berada di posisi
abu-abu. Dengan penuh keyakinan dan ketegasan, abu-abu adalah abu-abu, berada
di tingkat yang sama dengan hitam dan putih, hanya saja posisinya berbeda.
Menjadi abu-abu kamu akan bisa menjadi lebih bijak dalam menilai
sesuatu. Kamu tidak mudah menyalahkan suatu hal dan membenarkan hal lain. Kamu
akan berpikir dengan keseimbangan, sesunggunya itu adalah yang terbaik. Saat
kamu tidak berada di antara dua pihak yang berlawanan, kamu akan bisa berpikir
jernih menanggapi sebuah permasalahan. Bukankah seperti itu? Bukankah menjadi
abu-abu terkadang lebih baik?
No comments:
Post a Comment