Monday, July 25, 2016

Terkadang Menjadi Abu-abu Justru Lebih Baik

Terkadang Menjadi Abu-abu Justru Lebih Baik





Di dunia ini, selalu ada dua hal yang berbeda, dua hal yang bertolak belakang dan dua hal yang selalu bertentangan. Ada air ada api, ada hitam ada juga putih, dan lain sebagainya. Semua itu ada hanya untuk dijadikan sebagai pembeda tentang suatu hal, tentang baik atau buruk, benar atau salah, dan lain sebagainya. Manusia pasti akan berada di dua posisi yang berbeda selama hidupnya. Apakah pada hal ini berada di posisi air atau api, hitam atau putih. Dengan hal ini, manusia hanya bisa dinilai dengan dua hal, benar atau salah. Hanya itu saja, dan tidak bisa dibantahkan. Sejatinya manusia selalu memiliki pilihan di dalam hidupnya, pilihan untuk memilih sisi yang baik atau yang buruk. Keputusan masing-masing yang akan menjadi pembeda hidup satu sama lain.
Di antara hitam dan putih, ada sebuah sisi dimana terkadang sisi itu jauh lebih baik, dia adalah sisi abu-abu. Terkadang menjadi abu-abu justru lebih baik, meskipun abu-abu sering didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak ada kepastian, zona penuh keraguan, hal-hal yang menggantung dan lain sebagainya. Tapi pada beberapa kasus, menjadi abu-abu justru lebih baik. Karena menjadi abu-abu, kamu bisa memilih yang mana hitam dan yang mana putih, yang mana benar dan yang mana salah. Hidup tidak pernah mudah, terkadang hidup menciptakan pilihan yang sulit, tetapi hidup harus diisi dengan keseimbangan. Keseimbangan hidup itu bisa disebut sebagai abu-abu, sebuah warna yang seimbang antara hitam dan putih, warna yang tidak berada di kegelapan ataupun diterangnya cahaya. Abu-abu menjadi penyeimbang antara hitam dan putih.
Jika hitam adalah salah dan putih adalah benar, maka sesungguhnya abu-abu berada di tengah-tengahnya. Bisa jadi abu-abu adalah posisi tidak salah dan tidak benar atau posisi yang salah dan benar, setidaknya menjadi abu-abu selalu memiliki dua hal itu. Dengan menjadi abu-abu, kamu selalu mempunyai kekuatan untuk bertahan, meskipun kamu memiliki kelemahan di dalamnya. Bukankah itu yang dinamakan keseimbangan hidup? Terkadang menjadi abu-abu justru lebih baik, jika kamu belum sepenuhnya bisa menjadi putih. Terlebih lagi jika kamu belum yakin, diantara hitam dan putih, yang mana yang sesungguhnya baik. Karena tidak selamanya putih adalah baik dan hitam adalah buruk. Penilaian seseorang tidak akan jauh lebih baik dari penilaian Tuhan, bukankah begitu? Sedangkan kamu sendiri bukan Tuhan.
Abu-abu tidak selamanya identik dengan keraguan, karena pada saat tertentu menjadi abu-abu adalah keputusan yang penuh kepastian. Saat kamu tidak bisa memilih antara hitam dan putih, dan ada pilihan untuk menjadi abu-abu, mungkin dengan keyakinan yang tinggi kamu akan memilih abu-abu. Abu-abu adalah titik seimbang, jika kamu menyadari, sesungguhnya manusia penuh dengan warna abu-abu. Di dalam diri manusia ada hal baik yang dimiliki dan ada juga hal buruk yang tidak bisa diingkari, itu berarti tidak ada satu manusia pun yang benar-benar putih dan benar-benar hitam, kecuali atas izin Tuhan untuk memberikan keistimewaan pada seseorang. Manusia juga memiliki kelemahan dan juga memiliki kekurangan, bukankah itu dua sisi yang berbeda?
Manusia memang selalu memiliki pilihan di dalam hidupnya, tetapi manusia juga memiliki hak untuk tidak memilih. Entah kenapa manusia memiliki hidup yang sebenarnya penuh ketidakpastian, jika kamu hidup di Negara Demokrasi, kamu pasti akan memahaminya. Dimana peraturan terkesan lebih lebih mudah diperdebatkan, dan terkadang ada sebuah perdebatan dengan menggunakan dua peraturan yang berbeda. Bukankah ini juga dua sisi yang berbeda di satu titik yang sama? Saat ada hal yang mengatur untuk tidak melakukan suatu hal, tapi ada juga peraturan yang menguatkan untuk melakukan tindakan tersebut. Oleh sebab itu terkadang menjadi abu-abu justru lebih baik. Karena dengan menjadi abu-abu, kamu bisa menilai sesuatu dengan objektif, tidak dari sisi hitam ataupun sisi putih. Kamu bisa berpikir jernih tanpa ambisi mempertahankan diri. Karena sungguh, saat seseorang berada dalam posisi mempertahankan diri, dia akan melakukan segala cara untuk bisa bertahan. Saat sudah terdesak, manusia seolah-olah selalu muncul kekuatan baru, tekad baru dan keyakinan baru. Hal ini terkadang juga berlawanan dengan kebenaran. Begitu juga saat seseorang berada dalam posisi yang menyerang, dia akan selalu menemukan cara baru untuk menaklukkan lawannya. Sedangkan jika kamu ada di posisi abu-abu, kamu tidak akan pernah merasa terdesak ataupun mendesak. Bukankah pada momen tertentu itu adalah yang terbaik.
Meskipun banyak orang yang mengidentikkan abu-abu sebagai sesuatu yang tidak ada ketegasan, tetapi terkadang menjadi abu-abu justru lebih baik. Kamu harus ingat, pada momen tertentu kamu juga harus memiliki ketegasan kemana harus melangkah, apakah belok kanan, belok kiri atau lurus. Apakah sampai disini identifikasi abu-abu masih sebagai sesuatu yang tidak tegas? Abu-abu memang tidak berada di posisi hitam ataupun putih, tetapi berada di posisi abu-abu. Dengan penuh keyakinan dan ketegasan, abu-abu adalah abu-abu, berada di tingkat yang sama dengan hitam dan putih, hanya saja posisinya berbeda.
Menjadi abu-abu kamu akan bisa menjadi lebih bijak dalam menilai sesuatu. Kamu tidak mudah menyalahkan suatu hal dan membenarkan hal lain. Kamu akan berpikir dengan keseimbangan, sesunggunya itu adalah yang terbaik. Saat kamu tidak berada di antara dua pihak yang berlawanan, kamu akan bisa berpikir jernih menanggapi sebuah permasalahan. Bukankah seperti itu? Bukankah menjadi abu-abu terkadang lebih baik?

No comments:

Post a Comment