Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Tidak Mengetahui
Hidup
adalah perjalanan yang penuh dengan hal-hal luar biasa, perjalanan yang selalu
menjadi tanda Tanya besar untuk setiap orang. Dalam ketidakpastian hidup,
melakukan kebaikan adalah salah satu jalan yang harus dilakukan.
Dalam hidup
anda pasti sering sekali diajarkan tentang bagaimana memberi, seperti apa
manfaat memberi dan banyak hal lain tentang itu. Tapi sayangnya, dari begitu
dalam pemahaman orang tentang arti kata memberi, masih banyak yang belum
memahami sepenuhnya.
Anda
mungkin pernah mendengar kata ikhlas dalam memberi, apakah anda tau apa
sejatinya ikhlas dalam memberi itu? Berbagi atau memberi mungkin bukan sebuah
hal yang sulit untuk anda lakukan, tapi melakukannya dengan ikhlas belum tentu
bisa dilakukan oleh semua orang. Berbagi atau memberi sebenarnya adalah
tindakan baik yang sebenarnya wajib dilakukan, karena ada hak orang lain dari
apa yang anda dapatkan.
Banyak
sekali filosofi tentang berbagi yang bisa anda pelajari, salah satunya adalah
tangan kanan memberi, tangan kiri tidak mengetahui. Lantas apakah sebenarnya makna dari filosofi ini?
Pada
dasarnya adalah mengenai keikhlasan dan ketulusan dalam berbagi. Seseorang yang
benar-benar ikhlas dan tulus berbagi, dia tidak akan perduli apakah yang dia
lakukan diketahui oleh orang lain atau tidak. Jika anda mampu dan sering
berbagi, apakah anda yakin anda benar-benar ikhlas dan tulus?
Saat ini,
seiring dengan perkembangan jaman, kegiatan berbagi sering dimanfaatkan oleh
orang-orang tertentu untuk mengangkat citra di dalam masyarakat. Entah seperti
apa hukum agama yang berlaku untuk hal ini, tapi ada sedikit kemungkinan apa
yang dilakukannya tidak benar-benar tulus dari dalam hati.
Karena
berbagi untuk sebuah pencitraan dalam masyarakat. Sebagai contoh, saat ini
banyak sekali oknum-oknum atau komunitas yang mengatas namakan dirinya sebagai
komunitas sosial, melakukan kegiatan berbagi dengan pencitraan yang berlebihan.
Sebenarnya sah-sah saja, semua orang di dunia ini terlahir dengan ambisi dan
juga naluri untuk menjaga eksistensi. Tapi jangan sampai menghilangkan nilai
penting dari berbagi, yaitu ibadah dan menjalankan kewajiban.
Di dalam
agama Islam telah dijelaskan bahwa 2,5 persen dari apa yang anda dapatkan
adalah hak orang lain dan wajib anda bagikan. Sebaiknya saat menjalankan
kewajiban anda, tangan kanan memberi, tangan kiri tidak melihatnya. Jadi tidak
perlu ada orang yang mengetahuinya, apalagi terang-terangan mempublikasikannya.
Sesungguhnya
Tuhan Maha Melihat, dan itu sudah cukup untuk anda bisa mendapatkan penghargaan
setinggi-tingginya dari Tuhan. Penghargaan dari manusia tidak ada apa-apanya
dibandingkan penghargaan dari Tuhan.
Dalam hidup
anda, anda pasti pernah atau sering memberi dan berbagi dengan sesame, entah
seperti apa bentuk dan kondisinya. Berbagi itu tidak melulu soal materi,
panjang penjabaran berbagi selain hanya tentang materi. Anda bisa berbagi
dengan tenaga anda, dengan waktu anda, dengan kepandaian anda dan lain
sebagainya.
Akan tetapi
yang paling riskan dengan sikap riya atau pamer adalah saat berbagi dengan
materi. Karena berbagi dengan materi adalah salah satu hal yang sudah jelas
terlihat, dan bisa dengan mudah membawa anda pada sikap riya atau pamer.
Oleh sebab
itu anda perlu lebih mendalami lagi tentang berbagi dan memberi, jika anda
sudah memahami filosofi berbagi dimana saat tangan kanan memberi, tangan kiri
tidak melihatnya. Kemungkinan besar anda akan mampu berbagi dengan ikhlas dan
tulus.
Karena jika
anda sudah paham tentang itu, tujuan anda berbagi adalah untuk menjalankan
kewajiban, untuk memberikan hak orang lain dan untuk beribadah kepada Tuhan.
Bukan untuk pencitraan dan mengangkat nama anda.
Inilah arti
makna berbagi sebenarnya, tidak perlu di publikasikan dengan berlebihan, tidak
perlu menunggu respon positif dari orang lain. Karena sejatinya Tuhan
memberikan lebih dari itu.
Kepuasan
batin setelah anda berbagi sudah cukup mewakili dari semua yang anda butuhkan.
Sebenarnya jika anda benar-benar tulus berbagi, kepuasan sudah anda dapatkan
dari dalam diri anda sendiri, bukan dari pujian dan tanggapan positif orang
lain.
Entah
bagaimana, setelah berbagi anda juga akan merasa lebih tenang, seolah-olah anda
telah melepaskan sebuah beban yang anda pikul. Karena berbagi memang sebenarnya
adalah sebuah kewajiban, dan wajar jika anda menganggapnya sebagai beban yang
harus dibayarkan.
Harus
diakui, saat ini banyak orang yang berbagi dengan tujuan yang salah. Terlebih
lagi pada musim Pemilu, anda mengerti apa yang dimaksud. Bahkan jika seperti
ini, kegiatan berbagi menjadi lebih parah lagi, bukan hanya soal pencitraan
tapi tentang penyuapan, itu sering terjadi di Indonesia.
Aksi
bagi-bagi yang dilakukan oleh oknum tertentu bukan hanya untuk dipamerkan, tapi
untuk mendapatkan balasan. Bukankah itu sesuatu hal yang salah dan seharusnya
tidak dilakukan?
Apapun itu,
kembalikan niat utama anda saat berbagi. Anda berbagi karena memang itu adalah
kewajiban anda. Jadi saat tangan kanan memberi, tangan kiri tidak mengetahui,
bukan tangan kanan memberi dan tangan kiri mengumbarnya.
Tapi
kenyataannya hal itu sering terjadi saat ini. Orang-orang memang berlomba-lomba
dalam berbagi, tapi banyak dari mereka yang juga berlomba-lomba untuk menaikkan
citra pribadi. Inilah yang kemudian membuat berbagi sebagai hal yang tidak patut
dilakukan. Berbagi akan bermakna beda, sesuai dengan niat dan tujuan anda.
Kemudian
anda perlu ingat, bahwa untuk berbagi tidak harus menunggu anda berlebihan hal.
Karena sesungguhnya sedikitpun rejeki yang anda dapatkan, ada hak orang lain di
dalamnya. Ada hak orang lain yang wajib anda sampaikan dan anda berikan.
No comments:
Post a Comment