Wednesday, June 29, 2016

Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Tidak Mengetahui

Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Tidak Mengetahui





Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan hal-hal luar biasa, perjalanan yang selalu menjadi tanda Tanya besar untuk setiap orang. Dalam ketidakpastian hidup, melakukan kebaikan adalah salah satu jalan yang harus dilakukan.
Dalam hidup anda pasti sering sekali diajarkan tentang bagaimana memberi, seperti apa manfaat memberi dan banyak hal lain tentang itu. Tapi sayangnya, dari begitu dalam pemahaman orang tentang arti kata memberi, masih banyak yang belum memahami sepenuhnya.
Anda mungkin pernah mendengar kata ikhlas dalam memberi, apakah anda tau apa sejatinya ikhlas dalam memberi itu? Berbagi atau memberi mungkin bukan sebuah hal yang sulit untuk anda lakukan, tapi melakukannya dengan ikhlas belum tentu bisa dilakukan oleh semua orang. Berbagi atau memberi sebenarnya adalah tindakan baik yang sebenarnya wajib dilakukan, karena ada hak orang lain dari apa yang anda dapatkan.
Banyak sekali filosofi tentang berbagi yang bisa anda pelajari, salah satunya adalah tangan kanan memberi, tangan kiri tidak mengetahui. Lantas apakah  sebenarnya makna dari filosofi ini?
Pada dasarnya adalah mengenai keikhlasan dan ketulusan dalam berbagi. Seseorang yang benar-benar ikhlas dan tulus berbagi, dia tidak akan perduli apakah yang dia lakukan diketahui oleh orang lain atau tidak. Jika anda mampu dan sering berbagi, apakah anda yakin anda benar-benar ikhlas dan tulus?
Saat ini, seiring dengan perkembangan jaman, kegiatan berbagi sering dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk mengangkat citra di dalam masyarakat. Entah seperti apa hukum agama yang berlaku untuk hal ini, tapi ada sedikit kemungkinan apa yang dilakukannya tidak benar-benar tulus dari dalam hati.
Karena berbagi untuk sebuah pencitraan dalam masyarakat. Sebagai contoh, saat ini banyak sekali oknum-oknum atau komunitas yang mengatas namakan dirinya sebagai komunitas sosial, melakukan kegiatan berbagi dengan pencitraan yang berlebihan. Sebenarnya sah-sah saja, semua orang di dunia ini terlahir dengan ambisi dan juga naluri untuk menjaga eksistensi. Tapi jangan sampai menghilangkan nilai penting dari berbagi, yaitu ibadah dan menjalankan kewajiban.
Di dalam agama Islam telah dijelaskan bahwa 2,5 persen dari apa yang anda dapatkan adalah hak orang lain dan wajib anda bagikan. Sebaiknya saat menjalankan kewajiban anda, tangan kanan memberi, tangan kiri tidak melihatnya. Jadi tidak perlu ada orang yang mengetahuinya, apalagi terang-terangan mempublikasikannya.
Sesungguhnya Tuhan Maha Melihat, dan itu sudah cukup untuk anda bisa mendapatkan penghargaan setinggi-tingginya dari Tuhan. Penghargaan dari manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan penghargaan dari Tuhan.
Dalam hidup anda, anda pasti pernah atau sering memberi dan berbagi dengan sesame, entah seperti apa bentuk dan kondisinya. Berbagi itu tidak melulu soal materi, panjang penjabaran berbagi selain hanya tentang materi. Anda bisa berbagi dengan tenaga anda, dengan waktu anda, dengan kepandaian anda dan lain sebagainya.
Akan tetapi yang paling riskan dengan sikap riya atau pamer adalah saat berbagi dengan materi. Karena berbagi dengan materi adalah salah satu hal yang sudah jelas terlihat, dan bisa dengan mudah membawa anda pada sikap riya atau pamer.
Oleh sebab itu anda perlu lebih mendalami lagi tentang berbagi dan memberi, jika anda sudah memahami filosofi berbagi dimana saat tangan kanan memberi, tangan kiri tidak melihatnya. Kemungkinan besar anda akan mampu berbagi dengan ikhlas dan tulus.
Karena jika anda sudah paham tentang itu, tujuan anda berbagi adalah untuk menjalankan kewajiban, untuk memberikan hak orang lain dan untuk beribadah kepada Tuhan. Bukan untuk pencitraan dan mengangkat nama anda.
Inilah arti makna berbagi sebenarnya, tidak perlu di publikasikan dengan berlebihan, tidak perlu menunggu respon positif dari orang lain. Karena sejatinya Tuhan memberikan lebih dari itu.
Kepuasan batin setelah anda berbagi sudah cukup mewakili dari semua yang anda butuhkan. Sebenarnya jika anda benar-benar tulus berbagi, kepuasan sudah anda dapatkan dari dalam diri anda sendiri, bukan dari pujian dan tanggapan positif orang lain.
Entah bagaimana, setelah berbagi anda juga akan merasa lebih tenang, seolah-olah anda telah melepaskan sebuah beban yang anda pikul. Karena berbagi memang sebenarnya adalah sebuah kewajiban, dan wajar jika anda menganggapnya sebagai beban yang harus dibayarkan.
Harus diakui, saat ini banyak orang yang berbagi dengan tujuan yang salah. Terlebih lagi pada musim Pemilu, anda mengerti apa yang dimaksud. Bahkan jika seperti ini, kegiatan berbagi menjadi lebih parah lagi, bukan hanya soal pencitraan tapi tentang penyuapan, itu sering terjadi di Indonesia.
Aksi bagi-bagi yang dilakukan oleh oknum tertentu bukan hanya untuk dipamerkan, tapi untuk mendapatkan balasan. Bukankah itu sesuatu hal yang salah dan seharusnya tidak dilakukan?
Apapun itu, kembalikan niat utama anda saat berbagi. Anda berbagi karena memang itu adalah kewajiban anda. Jadi saat tangan kanan memberi, tangan kiri tidak mengetahui, bukan tangan kanan memberi dan tangan kiri mengumbarnya.
Tapi kenyataannya hal itu sering terjadi saat ini. Orang-orang memang berlomba-lomba dalam berbagi, tapi banyak dari mereka yang juga berlomba-lomba untuk menaikkan citra pribadi. Inilah yang kemudian membuat berbagi sebagai hal yang tidak patut dilakukan. Berbagi akan bermakna beda, sesuai dengan niat dan tujuan anda.
Kemudian anda perlu ingat, bahwa untuk berbagi tidak harus menunggu anda berlebihan hal. Karena sesungguhnya sedikitpun rejeki yang anda dapatkan, ada hak orang lain di dalamnya. Ada hak orang lain yang wajib anda sampaikan dan anda berikan.

No comments:

Post a Comment