Arjuna ku Semangat Hidup ku
Kehidupan
rumah tangga yang harmonis mungkin tergambar jelas di rumah tangga Dian,
seorang wanita cantik berumur 28 tahun ini. 3 tahun lalu dia telah menikah
dengan pria pujaan hatinya yang di rasa sudah sangat sempurna, bagaimana tidak.
Suami Dian memiliki paras yang begitu tampan, dia juga sudah sukses dalam usia
yang cukup muda.
Dian dan
suaminya telah menjalin hubungan pacaran sejak keduanya masih duduk di bangku
kuliah. Selama pacaran, mereka selalu terlihat harmonis dan tak pernah satupun
mereka nampak bertengkar hebat. Terlebih lagi adanya orang ke 3 rasanya tidak
pernah sedikitpun menyentuh hubungan mereka.
Sampai
keduanya lulus kuliah dan bekerja, mereka masih menjalin hubungan yang begitu
romantis. Hingga saat usia mereka di rasa sudah cukup untuk menjalin hubungan
yang lebih lanjut, yaitu pernikahan.
Pada hari
pernikahan mereka, semua nampak begitu bahagia. Ya, tak hanya Dian dan suaminya
yang terlihat sangat bahagia, namun seluruh keluarga dan tamu undangan yang hadir juga seakan merasakan kebahagiaan yang sama.
Mereka serasa
pasangan putri dan pangeran yang begitu serasi, yang satu cantik dan satunya
lagi tampan. Keduanya juga telah sukses menempuh pendidikan yang cukup tinggi,
yaitu hingga S2.
Pada 2 bulan
pertama pernikahan, Dian merasa teramat bahagia karena suaminya nampak makin
sayang kepadanya. Waktu demi waktu terus berlalu, hingga sampai mereka pada
ulang tahun pernikahan yang pertama. Meskipun di rayakan hanya berdua, namun
ulang tahun pernikahan tersebut nampak sangat romantis karena di rayakan di
sebuah restoran favorit mereka semasa pacaran dulu.
Kebahagiaan
nampak terlihat jelas di wajah Dian yang mungil tersebut, namun di sisi lain
dia juga merasa begitu sedih karena sampai saat ini Dian dan suaminya belum di
karunia momongan.
Meskipun
suaminya tak pernah mempermasalahkan hal itu, namun ia sendiri yang merasa
kurang beruntung karena tidak bisa seperti teman-teman lain yang menikah baru
beberapa bulan saja langsung bisa mengandung.
Memang Dian
dan suaminya sudah menjalankan program hamil sejak beberapa bulan lalu, namun
sampai saat ini belum ada tanda-tanda keberhasilan dari program hamil tersebut.
Hingga suatu
hari, Dian mengalami pendarahan yang cukup banyak. Hal ini tentu sontak
membuatnya kaget bukan main karena dia sedang tidak mengandung atau haid.
Kebingungannya bertambah ketika dia sadar bahwa dia hanya seorang diri di
rumah. Kebetulan suaminya belum pulang bekerja di kantor.
Sambil
menahan rasa sakitnya, Dian berusaha menelfon suaminya agar segera pulang. Tak
lama kemudian suami Dian sampai di rumah dan mendapati istri tercintanya
tergeletak di lantai dengan bersimpah dara di kaki dan lantai sekitarnya.
Tanpa pikir
panjang, suami Dian langsung membawa Dian ke rumah sakit terdekat. Setelah di
periksa dokter, suami Dian mendapati kabar yang begitu menyakitkan hatinya,
ternyata Dian positif mengidap kanker mulut rahim stadium akhir.
Hatinya
serasa hancur berkeping-keping hingga air mata tak mampu ia bendung lagi.
Sambil memeluk tubuh istrinya yang masih tertidur di ranjang pasien, suami Dian
mengatakan “kamu adalah wanita paling ku cintai, tak ada satupun yang dapat
menggantikanku sekalipun kamu sudah tak di sisiku”.
Mendengar
ucapan suaminya, Dian lantas terbangun dari tidurnya dan bertanya apa yang
terjadi pada dirinya. Karena tak sanggup untuk menceritakan sendiri, suami Dian
pun mewakilkannya pada dokter.
Mendengar
penjelasan dokter, bukannya menangis malah senyum manis yang nampak di wajah
Dian yang sangat pucat saat itu. Sambil memegang tangan suaminya, Dian berkata
“jangan khawatirkan aku, aku tak apa”.
Di balik
hatinya yang sesungguhnya menangis menjerit-jerit, Dian tetap masih bisa
berusaha membuat suaminya tersenyum dan menenangkan hatinya.
Setelah
beberapa hari di rumah sakit, Dian lalu di bawa pulang ke rumah. Ini karena
rumah sakit sudah tidak sanggup lagi menangani, bahkan dokter juga sudah menfonis
umur dian tinggal 2 tahun lagi.
Di sisa
umurnya yang pendek tersebut, Dian berniat dalam hatinya untuk tidak pernah
terlihat lemah di hadapan suaminya karena dia ingin menunjukkan bahwa suaminya
adalah penyemangat hidupnya yang tak boleh ia sia-siakan dan biarkan larut
dalam kesedihan.
Hari-hari
Dian dan suaminya selalu di isi dengan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun di
balik itu semua, pasangan ini sebenarnya memendam rasa sedih yang luar biasa.
Dian merasa dengan sisa umurnya yang tak panjang lagi, dia tak kan bisa membuat
suaminya bahagia dengan memberikannya momongan. Lain dengan suami Dian yang
selalu merasakan takut akan kehilangan wanita paling di cintainya tersebut.
Melihat
suaminya yang selalu berusaha keras untuk membahagiakannya, rasa sedih seakan
hilang dan tergantikan dengan semangat hidup yang luar biasa pada diri Dian.
Meskipun sudah tahu hidupnya tak lama lagi, namun tidak ada salahnya jika sisa
hidupnya ini di lalui dengan segala sesuatu bermanfaat.
Hingga suatu
hari terlintas dalam benak Dian untuk mencari wanita lain untuk menggantikan
posisinya ketika dia sudah tiada lagi. Mengetahui rencana tersebut, sontak
membuat suami Dian langsung tak menyetujuinya. Sampai-sampai dia berkata “aku
tak akan menikah dengan wanita manapun setelah kamu pergi, karena cintaku juga
akan pergi bersama jiwa dan ragamu selamanya”.
Mendengar
pernyataan kesetiaan suaminya tersebut, hati Dian serasa teriris-iris. Saat itu
juga rencana yang tadinya sudah di susun rapi tersebut langsung tergantikan
dengan keinginan agar hidupnya di panjangkan barang beberapa tahun lagi. Agar
dirinya bisa membuat suaminya merasakan kebahagiaan lebih lama.
Namun takdir
berkata lain, tepat 2 tahun dari perkiraan dokter Dian meninggalkan suami dan
orang-orang yang di sayangi serta menyayanginya. Namun ketika saat itu tiba,
Dian sebenarnya sudah siap, karena dia sudah merasa puas menikmati kebahagiaan
hidup yang di rasakannya bersama suami, keluarga serta sahabat-sahabatnya.
No comments:
Post a Comment